Kadang aku merasa dunia ini egois, mereka hanya meninggikanmu saat engkau dibutuhkan, namun dengan cepat akan berbalik menjatuhkanmu saat kau membuat sebuah lobang kecil. Manusia berlomba-lomba saling menikam untuk mendapatkan inginnya. Apakah semua manusia sekejam itu? Kuharap tidak. Sedih rasanya melihat mereka hanya bisa menjudgemu tanpa mau belajar memahami, sedih rasanya disalahkan atas sesuatu yang bukan merupakan kesalahan murnimu. Miris hehe... *tertawapaksa* :|
Aku mengenal sebuah rasa, yang bernamakan kesendirian. Dan aku tau bagaimana rasanya, karena aku sering berada di posisi itu. Aku mungkin adalah penipu ulung, yang selalu menipu dengan topeng di wajahku. Bukankah hampir tiap orang menggunakannya? Rasanya sungguh kelam. Mungkin aku yang telah menarik diri dan menutup semuanya, karena sejujurnya aku sudah lelah. Acapkali aku merasa geram dengan semuanya, namun apalah dayaku. Aku muak. Kuakui mungkin letak kesalahannya ada pada diriku, bukan mereka. Tapi kenapa mereka senang sekali memojokkanku? Apalagi penyebabnya bukanlah murni salahku. Harusnya mereka tau dan mengerti. Hanya saja, mereka tak mau mengerti. Padahal, sebetulnya mereka sama sekali tidak dirugikan. Lalu apa masalahnya sampai aku disalahkan? Ntahlah aku tak tau. Manusia memang suka mencari-cari kesalahan orang lain. Kalaupun dia yang salah, dengan mudahnya ia akan melempar kesalahan itu ke orang lain. Begitu mudahnya ya ckckck...
Kini perlahan, sedikit demi sedikit, mereka mengambil langkah mundur. Mereka menjauh dari lingkaranku. Aku tau mereka kecewa, tapi mereka takkan mengerti kekecewaan yang kurasakan bukan? Andai mereka tau, rasanya jauh lebih dalam dan menyakitkan. Aku berusaha menjaga perasaan mereka, tapi bagaimana dengan mereka? Mereka yang mengatakan tidak apa-apa di depanmu, namun di belakangmu ternyata menyimpan ketidaksukaan? HAHA.. manusia sungguh ajaib.
Lalu, aku harus apa? Setelah berulangkali bersikap seperti biasa, bersikap baik-baik saja seolah tak ada apa-apa. Aku mencoba memperbaiki semuanya, tapi toh sudah terlanjur asing. Biarlah mereka dengan dunianya, dan aku disini dengan duniaku yang bernama kesendirian. Tak apa, aku sudah tak peduli lagi. Mereka menyudutkanku, ya sudahlah. Aku hanyalah barang rongsokan bagi kalian, yang sudah tidak ada gunanya lagi. Sayangnya aku bukan tipikal orang yang dengan mudah meluapkan segala emosiku, aku hanya mampu memendamnya, lalu membiarkannya hingga menghilang tanpa dendam. Dan kalian takkan mengerti rasanya memendam emosi demi kebaikan bersama. Aku tidak suka keributan, apalagi harus ribut dengan kawan sendiri.
Aku mundur. Setelah ini aku tak ingin mengambil peran apa-apa. Lelah rasanya dipersalahkan. Lelah rasanya berada di posisi yang terhimpit sepertiku tanpa ada pengertian maupun dukungan kalian. Bukankah aku sudah tak ada artinya lagi berdiri di antara kalian? Bukankah kalian bisa melangkah sendiri tanpa hadirku? Baiklah, tak mengapa. Kuharap, aku bisa bertahan untuk diriku sendiri. Aku sudah cukup melihat dan merasakan. Cukup sudah basa-basi ini. Yang kuperlukan hanyalah bertahan di sisa waktu ini. Mencoba berdiri di atas 2 kaki ini, mungkin tanpa kalian jika kalian benar-benar pergi.